Kamis, 16 Juni 2011

Keajaiban dari Allah

 

Sewaktu kecil, kesehatan saya sangat mengkhawatirkan, bahkan pernah mati suri dan badan sangat panas dan orang-orang sudah menyangka kalau saya tidak bisa bertahan hidup. Nenek kemudian datang dan mengguyur tubuh saya berulang kali dengan air di ember, setelah berkali-kali diguyur, akhirnya terbangun, panas tubuh juga berangsur turun. Ketika kelas lima SD, saya juga pernah jatuh dari atap rumah hingga gagar otak dan menghuni rumah sakit selama tiga bulan. Waktu kecil saya juga pernah kena penyakit flek yang ada di paru-paru dan luka di kaki akibat terkena las karbit, hingga lulus SMP, setiap bulan harus menjalani pijat tradisional pada teman bapak, semua urat syaraf saya diperbaiki letaknya, dan lamanya waktu pemijatan bisa sampai dua jam.

Saya melanjutkan SMA di Jakarta, keputusan ini terpaksa diambil karena kekecewaan pada sistem pendidikan yang ketika itu saya hadapi. Sebenarnya diterima di SMA Jepara, namun karena permainan dari pihak-pihak tertentu, yang mengisi tempat saya justru orang lain dengan nomor yang saya miliki. Orangtua juga menolak untuk memberikan uang suap pada pihak sekolah dan memutuskan untuk menitipkan saya pada Bude yang tinggal di Jakarta. Di Jakarta saya lulus tes di SMA 47, sambil bersekolah, saya menjalankan usaha Bapak yaitu ukiran Jepara. 

Saat lulus SMA, kondisi finansial keluarga sedang sulit, saya harus mempertimbangkan masak-masak pilihan-pilihan yang ada. Saya berpikir, dua kakak sedang kuliah. Satu kuliah di UGM, satu kuliah di Akademi Perusahaan, mana mungkin saya bisa terus sekolah? sementara tiga adik saya juga membutuhkan biaya, apalagi saya bukan orang yang bisa betah duduk di depan meja, dan saya orangnya tipe pembosan. PMDK jurusan Fisika di UI dan UGM juga ditolak, tidak tahu apa yang harus saya lakukan ketika itu. Aktivitas cuma salat malam/tahajut dan mengaji/mengkaji, tak lama berselang, saya diberitahu saudara bahwa ada pembukaan sekolah penerbang di Curug dan IDP di AURI, keduanya sama-sama di bulan Juli. 

Saya bertanya pada saudara yang saat itu bertugas sebagai instruktur di AURI, bagaimana kemungkinannya bila saya mendaftar di AURI, saudara dengan terbuka menjelaskan kemungkinan-kemungkinan yang akan dihadapi bila masuk AURI atau penerbangan sipil. Akhirnya saya melaksanakan shalat istikharah dan memutuskan diri untuk masuk ke sekolah penerbang di Curug. 

Yang paling menakjubkan dari proses seleksi di Curug adalah ketika saya menjalani test kesehatan, sebenarnya tidak yakin akan berhasil lulus tes kesehatan. Riwayat kesehatan saya begitu buruk; kaki pernah terkena las karbit, gagar otak, mati suri akibat panas tinggi, flek, kuning/hepatitis dan lainnya. Namun, bila Allah telah berkehendak, memang tak ada yang mustahil. Saya lulus tes kesehatan tanpa hambatan, padahal banyak teman-teman yang gagal tes kesehatan dan harus mengulang tahun depan, bila masih mau sekolah di Curug.