Kamis, 24 Februari 2011

Bergegas Memperbaiki Kondisi

 

Selesai pendidikan, saya terpilih untuk bergabung di Garuda. Semua berjalan dengan lancar hingga suatu ketika sedang melakukan penerbangan menuju Kupang. Di tengah perjalanan saya minta izin untuk shalat tapi Captain mengatakan "Nanti saja..., Tuhan juga tahu kita sedang terbang." padahal waktunya hampir habis. akhirnya saya minta izin ke toilet dan ketika selesai, saya manfaatkan waktu untuk salat Asar Dhuhur jamak qasar di kursi pramugari (Alhamdulillah.... gumamku). Cuaca ketika itu memang sangat buruk, beberapakali kami holding dan mencoba untuk approach tetapi gagal. Sampai akhirnya kami pontang-panting berputar kesana-kemari, bahan bakar sudah hampir habis. Saya berdoa, mungkin ini akhir hidup kami namun kami harus tetap berjuang dan yakin hanya kekuasaan Allah semata yang bisa menyelamatkan kami. Kami terus berusaha, tiba-tiba saya melihat sinar lampu approach melintas, saya langsung mengejar sinar itu, dan begitu didapatkan, segera mengunci titiknya. Alhamdulillah, dengan panduan itu, kami bisa landing dengan selamat. Begitu pesawat mendarat, saat itu pula bahan bakar kami habis ketika sampai di Appron/parkir.

Kehidupan sebagai pilot saya jalani hari demi hari, saya juga sering bercengkerama dengan pramugari dan awak pesawat. Saya ikut kemana mereka pergi, kadang ke diskotik. Suatu ketika mereka turun melantai dan hanya melihat saja dengan memperhatikan orang-orang yang ada di sana. Sewaktu pulang, saya menanyakan pada mereka apa yang mereka rasakan, mereka menjawab ‘itu hanya untuk bersenang-senang saja melepaskan kepenatan”. Dari dialog-dialog itulah, saya jadi sering merenung, kami bekerja semaksimal mungkin untuk mengantarkan ratusan orang ke tempat tujuannya dengan selamat, alangkah baiknya jika kedekatan kami dengan Allah pun semakin rapat agar selalu dapat perlindungan/keselamatan serta sekaligus dapat menghilangkan kepenatan. Beberapa di antara kami pun memiliki pemahaman agama yang baik, bila dapat terjalin diskusi untuk memperdalam wawasan keislaman dan saling mengisi di antara kami, tentu akan berdampak sangat positif. 

Dengan pertimbangan itulah, akhirnya saya mencoba untuk mengambil inisiatif ketika terbang bersama Captain Bambang Subagiyo di bulan Ramadan, ketika itu tempatnya di Hotel Hilton Garden Park Melbourne. Kami berkumpul di kamar captain untuk shalat tarawih bersama dan dilanjutkan dengan pengajian. Kami mendiskusikan hal-hal yang selama ini ingin kami ketahui. Dari sinilah terungkap, banyak di antara kami yang masih jarang melaksanakan shalat, karena kebingungan bagaimana cara menjamak salat, mengqada shalat, tayamum, arah kiblat, dan bagaimana cara mencocokkan waktu shalat dengan perubahan waktu yang selalu kami alami. Diskusi pun bergulir di antara kami dan kami menyepakati untuk selalu mengadakan shalat berjamaah yang dilanjutkan dengan taklim dan diskusi. 

Saya kemudian berpikir, kondisi ini harus segera diatasi, kemudian muncul-lah ide dalam benak saya untuk membuat info shalat dan berbagai info seputar shalat. Ide itu kemudian saya koordinasikan dengan general manager (GM) setempat, agar di balik setiap crew info juga ada keterangan waktu salat, masjid-masjid terdekat, arah kiblat, dan info lainnya. Saya juga mengatakan bahwa info yang tertera juga harus memuat info tempat gereja dan tempat ibadah lainnya untuk umat nonmuslim. Usulan saya disambut dengan hangat oleh Bapak Teguh Triyanto sebagai GM. Mereka sempat menanyakan, darimana kami bisa mendapatkan info tersebut..! Saya menjawab “saya sudah mempersiapkan datanya dari konsulat.” Di tahun 1993 itulah saya berhasil membuatkan jadwal salat dengan data yang didapatkan dari konsulat. Menyusul berikutnya, jadwal salat dan info tempat ibadah, termasuk tempat ibadah agama lain, kami terbitkan di setiap perwakilan, mulai dari New Zealand sampai London. Alhamdulillah Allah berikan kekuatan dan keistiqomahan dalam memperjuangkan amalan ini walau sendirian.