Saya bersyukur dalam kehidupan sebagai seorang pilot, merasakan penjagaan Allah sangat kuat. Di Melbourne, saya pernah mengalami kejadian yang aneh. Setelah mendarat, saya dijemput teman kemudian kami pun jalan-jalan dan makan bersama. Teman kemudian mengajak pergi ke tempat hiburan, saya mengiyakan saja dan tidak menyangka apa yang akan dilihat di tempat tersebut. Masuk ke ruangan pertama, saya masih tenang-tenang saja, hanya alunan musik yang menyambut kedatangan kami. Namun melangkah ke ruang selanjutnya, saya kaget bukan kepalang. Ternyata hiburan yang disajikan adalah tarian stripstis alias tarian telanjang!. Waduh, saya segera menyingkir ke ruangan belakang, memesan coca-cola dan duduk-duduk menunggu teman di sana.
Ketika kami bermaksud kembali pulang, saya melewati lagi ruang tarian striptis itu. Tiba-tiba saya bersitatap dengan seorang perempuan/penari itu. Saya kaget sekali, mata perempuan itu berwarna merah, ada percikan warna biru seperti sinar laser. Saya langsung istighfar dan kembali ke hotel waktu itu kurang lebih pukul 24.00 waktu setempat. Saya sempatkan shalat malam sebelum tidur dan bertanya-tanya "makna apakah yang terlihat itu”. Setelah itu, saya terbang kembali ke Indonesia. Ketika pulang, saya kaget sekali mendapati anak saya sakit mata, matanya merah sekali persis seperti mata perempuan yang terlihat di Melbourne tadi. Saya membawanya ke dokter mata di RS Aini Kuningan tetapi dokter juga bingung melihat penyakit mata yang diderita anak saya. Saya kemudian teringat, apa ini adalah akibat kesalahan telah pergi ke tempat penari stripstis itu? Mengingat itu semua, saya segera salat, memohon ampun pada Allah dan terus berdzikir. Setelah itu saya dekati anak saya dan saya usap matanya sambil terus berdzikir. Perlahan-lahan warna merah di mata anak saya menghilang. Subhanallah....!
Saya menyadari sekali, Allah berada di dekat kita dan kita akan selalu melihat tanda-tanda kebesaran-Nya, bila kita mau meyakini. Salah satu peristiwa yang semakin menguatkan keyakinan terjadi pada bulan Ramadan di hari ke-23, saat itu saya tengah berjalan menuju masjid di pagi hari setelah salat tahajut dan sahur di rumah. Saya berjalan sambil melafazkan zikir “Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illaallahu waAllahu Akbar” di setiap langkah, dari rumah ke masjid tersebut yang jaraknya 500 langkah. Ketika mendekati tangga masjid saya terbisik suara "lihatlah ke langit", tiba-tiba saya melihat seberkas cahaya melintas dari timur lalu menjadi sebuah cahaya besar yang menerangi di atas masjid. Cahaya itu terurai perlahan dan yang nampak di depan mata adalah lafaz Allah yang tersusun dari cahaya yang begitu indah, berbingkai garis yang berwarna keemasan. Subhanallah, ketakjuban seketika membahana di ruang hati dengan terasa dingin disekujur tubuh. Tetapi saya juga tak mungkin mengatakan pada orang lain apa yang terlihat ini, karena tidak membawa apapun untuk mendokumentasikannya. Saya berdoa, ”Ya Allah jika memang Engkau izinkan, biarkan aku menyampaikan kebesaran-Mu ini tapi bukti apa yang bisa kugunakan untuk menunjukkan kuasa-Mu ini?”
Jawaban atas doa saya datang dua tahun kemudian. Hal itu terjadi saat terbang dari Jakarta ke Tokyo. Ketika itu, saya sedang berada pada ketinggian jelajah 41000 feet/kaki bersama rekan kerja, setelah salat subuh bergantian. Sambil berzikir saya menikmati sinar matahari yang baru saja muncul dari ufuk timur, sambil terus berdzikir beberapa ayat dari 7 surat Al-Quran. Iseng-iseng, saya mengabadikan tahap demi tahap terbitnya matahari itu dengan kamera. Mulai dari sinarnya baru menyembul sedikit, hingga setiap perubahannya, saya rekam. Ketika matahari itu dalam keadaan sangat bulat dan dzikir saya selesai, saya juga selesai memotret. Saya kemudian melihat-lihat kembali foto-foto hasil bidikan. Saya terkesiap ketika melihat ada perempuan sedang ruku/tunduk memakai mukena di foto matahari yang sudah bulat penuh dan tepat dititik tengah matahari itu. Cahayanya mengalahkan sinar matahari di belakangnya, saya jadi merinding “Subhanallah....” Itu sama dengan ayat yang saya baca tadi dalam surah al-A’raf ayat 54-56. Saya masukkan semua foto itu ke laptop. Gambar tadi saya zoom, saya semakin takjub, karena saya melihat lafadz Allah di bagian otak manusia dalam foto perempuan ruku' tadi, sementara matahari yang ada di belakangnya sebagai bingkai “Allahu Akbar....”